Minggu, 13 Maret 2011

PEMOTONGAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT & TEORI EBM



PEMOTONGAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugad mata kuliah Asuhan Kebidanan
Dosen
Uswatun Khasanah, SST. M. Keb




 













Disusun Oleh

1.      Eliana Tridianingrum           NIM 201004004
2.      Noviea Candramaya sari      NIM 201004008
3.      Ro’ufun                               NIM 2010040011

PRODI D IV BIDAN PENDIDIK
STIKES KARYA HUSADA PARE – KEDIRI
 2011



PEMOTONGAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT

A.Fisiologi Tali Pusat Pada Janin
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
Pembentukan tali pusat
Mesoderm connecting stalk memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly (Marjono, 2007).
Gambar 1.1  Tali pusat pada janin
Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.
Stuktur Tali Pusat
Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.
Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
- Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
- Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.




Fungsi Tali Pusat
Fungsi tali pusat yaitu :
 Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
Sirkulasi Tali Pusat
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.
3
Gambar 1.2  Letak janin dalam kandungan ibu
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
SIRKULASI PADA TALIPUSAT JANIN
Gambar 1.3 Sirkulasi pada tali pusat pada janin

Gambar 1.4. Menempelnya Tali Pusat Pada Plasenta

B. Pemotongan Tali Pusat

Fenomena yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini antara lain tingginya angka morbiditas maupun mortalitas pada bayi. Salah satunya yang disebabkan karena Asfiksia, Hyperbillirubinemia / icterik neonatorum selain itu juga meningkatnya dengan tajam kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa kita tahu pemicu penyebabnya. Salah satu asumsi penyebab sementara atas kasus fenomena diatas adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di setiap persalinan (standart di Indonesia menggunakan 58 langkah Asuhan Persalinan Normal) yaitu 2 menit setelah bayi lahir. Berikut journal-journal yang meneliti hal tersebut.

Kinmond, S. et al. (1993). Umbilical Cord Clamping and preterm infants: A randomized trial. BMJ 306 (6871): 172-175. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada bayi premature, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 detik atau lebih, maka bayi akan :

1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk transfuse darah

2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernafasan

3. Hasil test menunjukkan tingginya level oksigen

4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir

5. Mengurangi resiko perdarhan pada kala III persalinan

6. Menunjukkan jumlah hematocrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.  

Pengekleman tali pusat secepatnya akan mengambil darah bayi 54-160 cc, yang artinya setengah lebih volume darah  total bayi. Pengkleman sebelum bayi bernafas mengakibatkan suplai darah ke paru – paru berkurang sehingga terjadi hipovolemi. Pengkleman tali pusat secepatnya juga meningkatkan resiko bayi terkena anemia.

Penundaan pengkleman tali pusat akan meningkatkan status hematologi bayi hingga umur 2 tahun. Penundaan  pengkleman tali pusat pada bayi premature selama 30 detik terbukti mengurangi kebutuhan bayi untuk transfusi, mengurangi resiko retraksi distress syndrome dan member suplai oksigen yang lebih banyak bagi bayi. Hal ini mengindikasikan peningkatan harapan hidup dibanding pengkleman tali pusat segera.

Beberapa studi menunjukan adanya peningkatan polisitemia bila tali pusat segera diklem, yang menyebabkan hiperviskositas darah dan memberi kontribusi pada pengurangan hemoragic post partum.
(The umbilical chord.www.midwiferytoday.com ).

Late vs Early Clamping of the Umbilical Cord in Full-term Neonates: Systematic Review and Meta-analysis of Controlled Trials, by Eillen K. Hutton PhD. JAMA. 2007;297:1241- 1252; Van Rheenen PF, Gruschke S, Brabin BJ. Delayed umbilical cord clamping for reducing anaemia in low birthweight infants. BMJ. 2006;333:954- 958.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan penundaan pemotongan tali pusat dapat:

1.      Peningkatan kadar hematokrit dalam darah.

2.      Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah.

3.      Penurunan angka Anemia pada bayi      

4.      Penurunan resiko jaundice/bayi kuning

Memotong tali pusat sedini mungkin sudah menjadi kebiasaan dalam praktek obstetrik memulai kurang lebih 20 tahun yang lalu. Angka kelainan mental ringan dewasa ini terus menurus meningkat, dari tahun 2004 terdapat 475.000 penyandang autis di Indonesia . Ditengarai, setiap hari satu dari 150 anak yang lahir menderita autis. Padahal, pada tahun 1970-an anak penyandang autis satu dibanding 10.000 kelahiran. (Biro Sensus Amerika 2004)

Hurtado EK et al. Early Childhood anemia and mild to moderate mental retardation. Am J Clin Nut. 1999; 69 (1): 115-119 ** Hack M, et al., Outcomes in Young Adulthood for Very Low Birth-weight Infants. New England J Med, Vol. 346. No.3, Jan, 2002:149-17* *A.J.Chien, Znet Commentary, February 2006,

Tanpa patokan normal, penjepitan tali pusat sebelum plasenta lahir dan penyakit yang menyertai dianggap normal pada kelahiran bayi normal pada hal hampir semua bayi premature mengalami anemia dan asfiksia dan nanti di sekolah ditemukan keterlambatan mental seperti autis, kekerasan, dysleksia atau ADD. Semua kasus diatas harus menerima perawatan standart dianjurkan oleh medis.

Birth –Brain Injury caused by Umbilical Cord Clamping: From Imbecility and Cerebral Palsy to Minimal Mental Retardation, By George Malcom Morley , MB ChB FACOG. Dec 2007, http://www.cordclam p.com

Dalam journal ilmiah ini dikatakan bahwa Seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran dan pada saat bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda, prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada saat-saat proses sedang transformasi dari sirkulasi oxygen janin menjadi sistem sirkulasi dewasa/bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat dilakukan pengekleman, Pulse rate dan Cardiac Out Put berkurang 50%. Karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah di matikan (clamped off. Banyak sekali akibat yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain-injury, cerebral palsy, asfixyia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak. 


 Pada penelitian lain dijumpai peningkatan dari kadar hemoglobin dan hematokrit dari bayi yang dilakukan penundaan pengkleman talipusat selama 2 menit dibandingkan dengan bayi yang dilakukan pengkleman tali pusat segera. Dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari skor APGAR antara yang dilakukan penundaan pengkleman tali pusat 2 menit dengan yang dilakukan pengkleman tali pusat segera. (Penelitian di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU RSUP. H. Adam Malik dan RSUD. Dr.Pirngadi Medan bekerjasama dengan Departemen Patologi Klinik dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional tahun 2008)

Cara pemotongan tali pusat
Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini :
a. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali
pusat.
b. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama.
c. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
(JNPKR, Depkes RI, 2004).



Gambar 1.5 pemotongan tali pusat (Asuhan Persalinan Normal)
talipusat
Gambar 1.6. Pemotongan Tali Pusat (Dokumentasi BPS A.RAI Surabaya)
Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

C.Perawatan Tali Pusat

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan(Kamisa, 1997).
Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Yang penting,pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.

Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup , tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa. Bila bayi menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang memang khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian depan). Dan jangan kenakan celana atau jump-suit pada bayi . Sampai tali pusatnya puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila bayi  menggunakan popok kain, jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas (Paisal, 2007).

D. Fisiologi Lepasnya Tali Pusat

Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan.

Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari ibu. Tali pusat yang menempet pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering danbersih.

Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril.

Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri padatali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.

Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit (BCRCP, 2001).

E. Cara – cara perawatan tali pusat

Berikut cara - cara perawatan tali pusat :
1.Perawatan Tali Pusat Kering
Perawatan tali pusat kering adalah Tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut kassa steril , tali pusat dijaga agar bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 1996 ).
Cara perawatan tali pusat kering adalah :
1) Siapkan alat-alat
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
3) Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa.
4) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering.
5) Setelah tali pusat terlepas / puput, pusat tetap diberi kasa steril. Cara perawatan tali pusat kering adalah dengan membungkus tali pusat dengan kasa dan mengkondisikan tali pusat tetap kering. Jika tali pusat berbau diberi gentian violet (Marjono, 2007 ).

2. Perawatan Tali Pusat Basah
Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, banyak zat yang berbeda dan kebiasaan-kebiuasaan yang telah digunakan untuk perawatan tali pusat ini. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan baik. Zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan chlorhexidine sepintas lalu dianggap mencegah infeksi namun ditemukan belum bekerja dengan baik. Selain itu, ketika para ibu merawat bayi mereka di dalam kamar mereka daripada di dalam ruang perawatan, tingkat infeksi tali pusat terendah terjadi (Hasselquist, 2006:53).
Cara perawatan tali pusat basah adalah :
1) Siapkan alat-alat
2) Selalu cuci tangan Anda sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat.
3) Kemudian, bersihkan tali pusat dengan alkohol.
4) Tutupi dengan kasa steril yang diberi alkohol dan menggantinya setiapkali usai mandi, berkeringat, terkena kotor, dan basah.
5) Segera bawa ke bidan / dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusatbayi yang belum lepas.(Solahuddin, 2006).

3. Perawatan tali pusat terbuka
Prinsip perawatan tali pusat terbuka adalah bersih, kering dan tidak diberi tutup apapun setelah itu bayi lansung diberi pakaian.
Cara merawat tali pusat terbuka adalah
1)   Selalu cuci tangan Anda sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat.
2)   Langsung tutup dengan pakaian bayi, bila tali pusat kotor , Bersihkan tali pusat dengan air dan sabun.
3)   Keringkan tali pusat dengan kain.

Penelitian mahasiswa fakultas kedokteran universitas Muhamadiyah Jogyakarta tahun 2001. Yaitu perbedaan lama pelepasan tali pusat antara perawatan tertutup dengan yang dibiarkan terbuka.
Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih.
Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama pelepasan tali pusat bayi baru lahir pada perawatan tali pusat tertutup yang menggunakan kasa steril dan kasa alkohol 70% dengan yang dibiarkan terbuka. Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimen, jumlah sampel adalah 48 bayi. Sampel dibagi menjadi tiga, masing-masing 18 bayi yang dilakukan perawatan dengan kasa kering, kasa alkohol 70% dan yang dibiarkan terbuka dan cara pengumpulan datanya adalah dengan observasi dan wawancara. Penelitian ini menunjukkan bahwa lama pelepasan tali pusat pada bayi dengan perawatan kasa kering lebih cepat dibandingkan dengan bayi dengan perawatan kasa alkohol 70% (150,4 205,7) dengan selisih waktu 55,3 jam. Untuk perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering dibandingkan dengan perawatan tali pusat terbuka, tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada perawatan alkohol 70% dibandingkan dengan perawatan terbuka, lama pelepasan tali pusat lebih cepat pada perawatan yang terbuka (129 205,7) dengan selisih waktu 76,2 jam; sehingga dari ketiga perawatan tersebut lama pelepasan tali pusat ditinjau dari rata-ratanya yang paling cepat adalah perawatan tali pusat terbuka, kemudian perawatan tali pusat dengan kasa kering dan yang paling lama adalah perawatan tali pusat dengan kasa alkohol.

F.Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat

Tali pusat bayi berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali tali pusat plastik digunakan pada tali pusat untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketka tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Umumnya orangtua baru agak takut-takutmenangani bayi baru lahirnya, karena keberadaan si umbilical stump ini. Meski penampakannya sedikit ’mengkhawatirkan’, tetapi kenyataannya bayi Anda tidak merasa sakit atau terganggu karenanya (Hasselquist, 2006:53). Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, dan/atau bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat (Paisal, 2007).
Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari (Paisal, 2007).

G.Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat

Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya (Ellen,2006).
2. Cara perawatan Tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang Dibersihkan dengan air dan sabun dan dibiarkan terbuka cenderung lebih cepat puput (lepas) dari pada tali pusat yang dibersihkan dengan kasa steril dan alcohol.
3. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.


























DAFTAR PUSTAKA
Bari Abdul Saifuddin, Noroyono Wibowo. 2008. ” Plasenta, Tali Pusat, Selaput Janin dan Cairan Amnion “. Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : FKUI.
Digilib@FK.UMY.ac.id
Farrer Helen. 1999. ” Perawatan Maternitas “. Jakarta : EGC
Gary F Cunningham, etc. 2005. ” Obstetri Williams “. Jakarta : EGC.
Henderson, Christine. 2005. ” Konsep Kebidanan “. Jakarta : EGC.
JNPKR, Depkes RI, 2004).
Juniarti dkk. 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC
Martin. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : EGC
Mochtar Rustam. 1998. ” Sinopsis Obsetri “. Jakarta : EGC.
http://www.britisth medical journal (BMJ).com
http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm. Penulis : Evy Rachmawati. ” Keajaiban dari Darah Tali Pusat “.
Persis Mary Hamilton. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. 1995. Jakarta : EGC
S. A Goeslan. 1990. ” Ilmu Kebidanan “. Jakarta : Balai Pustaka
Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC.
Tabloid Ibu Anak. ” Mother And Baby “. Update : Monday, 07 Feb 2005 Pukul 14:10:00 WIB.
Verralls Sylvia. 1997. ” Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan “. Jakarta :EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar